Thursday, February 14, 2013

Membangun Karakter

Displin diri merupakan hal penting dalam setiap upaya membangun dan membentuk karakter seseorang, sebuah organisasi, dan sebuah masyarakat bangsa. Sebab dalam hubungannya dengan seseorang karakter mengandung pengertian(1)Suatu kualitas positif yg dimiliki seseorang, sehingga membuatnya menarik dan atraktif(2)Reputasi seseorang; dan(3)
Seseorang yang unusual/memiliki kepribadian yang eksentrik.
Dalam kamus Poerwadarminta, karater diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan; akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang drpd yg lain.
Dengan pengertian diatas dpt dikatakan bahwa membangun karakter (character building) adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga "berbentuk" unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dgn org lain. Ibarat sebuah huruf dalam alphabet yg tak pernah sama antara yg satu dgn yg lain, demikian lah orang-orang.
Yang ber karakter dpt dibedakan satu dgn yg lainnya (termasuk dgn yg tidak/blm ber karakter atau "ber karakter" tercela).
Kalimat itu boleh menjadi merangkum sejarah hidupnya yang sangat inspirasional lewat berjuangan panjang dan ketekunan yang sulit dicari tandingannya, ia kemudian menjadi salah seorang pahlawan besar dalam sejarah Amerika yang mendapatkan berbagai pernghargaan ditingkat nasional dan internasional atas prestasi dan pengabdian nya (lihat homepage www.hki.org). Hellen Keller adalah model manusia berkarakter (terpuji).
Dan sejarah hidupnya mendemonstrasikan bagaimana proses membangun karakter itu memerlukan disiplin tinggi karena tidak pernah mudah dan seketika atau instant. Diperlukan refleksi mendalam utk membuat rentetan moral choice (keputusan mora) dan ditindaklanjuti dgn aksi nyata sehingga menjadi praksis, refleksi, dan praktik. Diperlukan sejumlah waktu utk membuat semua itu menjadi custom (kebiasaan) dan membentuk watak atau tabiat seseorang.
Demikianlah makna penting sebuah karakter dan proses pembentukannya yg tidak pernah mudah melahirkan manusia-manusia yg tidak bisa dibeli. Ke arah yg yg demikian itulah pendidikan dan pembelajaran termasuk pengajaran di instituti formal dan pelatihan institusi non-formal, seharusnya bermuara, yakni membangun manusia-manusia berkarakter (terpuji), manusia-manusia yg memperjuangkan agar dirinya dan orang-orang yg dpt dipengaruhinya agar menjadi lebih manusiawi, menjadi manusia yg utuh atau memiliki integritas.